Masjid Abdurrahman Isma'il,
Komplek Kampus IAIN Antasari,
Jl. A. Yani KM. 4,5 Banjarmasin, Kalsel
Phone: +6289691780577 (Ikhwan) /
+6285651xxxxxx (Akhwat)
E-Mail: ldk_amal@yahoo.co.id

Selasa, 22 November 2011

The First World Woman Admiral





Salut buat tanah rencong Aceh! Aceh, yang juga dikenal sebagai “serambi Mekkah” ini memang banyak melahirkan mujahid-mujahid tangguh yang gak takut menghadapi kematian demi membela agama dan tanah kelahirannya dari rong-rongan kaphe  penjajah. Gak sedikit (banyak malah) mujahid-mujahid itu berasal dari kaum hawa, yang keberaniannya nggak kalah nendang dari kaum adam! Kerenz!!
       Salah satu dari wanita-wanita hebat tersebut adalah Keumalahati. Nama ini memang jarang banget disebut-sebut dalam buku sejarah, makanya nggak heran kalau banyak yang gak kenal sama nama yang satu ini. Padahal, sang penyandang nama memiliki jasa dan peran yang besar dalam perjuangan mengusir penjajah. Beberapa sejarawan bahkan menyertakan sosok Keumalahati dengan Catherine II The great. Nggak usah heran, sebab Keumalahati adalah Laksamana(Admiral) wanita pertama di dunia! Kalo nggak tahu, laksamana atau admiral itu adalah panglima perang angkatan laut, yang merupakan pangkat tertinggi dalam angkatan laut. So, gelar admiral itu keren banget!
       Keumalayahati adalah perwira lulusan Akademi Militer Ma’had Baitul Makdis kesultanan Aceh Darussalam. Ma’had Baitul Maqdis adalah akademi militer yang dibentuk dengan bekerja sama dengan kekhalifahan Turki Usmani. Ini menjadi penanda eratnya hubungan khalifah Usmani dengan Kesultanan Aceh, sekaligus bukti bahwa Kesultanan Aceh merupakan bagian dari Khalifah Usmaniyah.
Singkat cerita setelah lulus akademi beliau menikah dengan seoranglulusan dari akademi yang sama, tapi namanya nggak tercantum dengan jelas dalam catatan sejarah. Karena prestasi beliau yang memuaskan di akademi, beliau diserahi amanah oleh sultan Alaiddin Riayat Syah Al Mukammil (1589-1604) untuk menjabat  sebagai komandan Protokol Istana  Darud-Dunia dari Kesultanan Aceh Darussalam. Satu lagi jabatan yang tinngi dan terhormat.
Kisah perjuangan Keumalayahati dimulai dari sebuah pertempuran laut antara armada Kesultanan Aceh melawan armada Portugis di perairan selat Malaka. Armada Aceh dipimpin sendiri oleh Sultan Al-Mukamil dengan dibantu dua orang laksamana. Dalam pertempuran sengit  di Teluk Haru Armada Aceh berhasil menghancurleburkan armada Portugis. Namum kemenangan ituharus dibayar dengan syahidnya dua orang laksamana dan 1000 orang pasukannya. Salah satu laksamana yang syahid itu adalah suami Keumalahayati sendiri. Keumalahayati kemudian bertekad meneruskan perjuangan suaminya yang gugur tersebut. Pantang baginya menangisi suami yang syahid di jalan Allah.
Untuk melaksanakan tekadnya, beliau mengajukan permohonan kepada Sultan Al-Mukamil untuk membentuk sebuah armada yang terdiri dari para janda yang ditinggal syahid suami mereka di Teluk Haru. Sultan mengabulkan permohonan tersebut dan membentuk armad yang dinamakan Inong Balae  (Wanita Janda), dan mengamanahi Keumalahayati untuk memimpin armada Inong Balae sebagai Laksamana.
       Awalnya armada Inong Balae memiliki kekuatan sebanyak 1000 orang mujahidin yang terdiri dari para janda, tapi kemudian diperkuat menjadi 2000 orang. Di bawah kepemimpinan beliau, armada Inong Balaemenjadi kekuatan laut yang signifikan bukan hanya di wilayah Selat Malaka, tapi juga Asia Tenggara. Jumlah kapal yang dimiliki mencapai 100 kapal galley bermeriam dengan kapasitas 400-500 orang. Beberapa kapal diantaranyabahkan lebih besar dari kapal-kapal yang dimiliki orang Eropa.
       Salah satu peristiwa penting yang melibatkan Laksamana Keumalahayati adalah peristiwa Cornelis  de Houtman. Tahun 1599, dua kapal Belanda bernama de Leeuw dan de Leeuwin yang masing-masing di pimmpin oleh dua bersaudaraCornelis de Houtman dan Frederick de Houtman berlabuh di Aceh. Awalnya mereka diterima dengan baik karena tujuan mereka untuk berdagang. Tapi kemudian mereka membuat ulah di Aceh. Padahal, sebelumnya Cornelis yang konon kasar plus brangasanini juga bikin rebut di Banten. Akhirnya sultan mengutus Keumalahayati untuk menggempur de Houtman bersaudara. Dalam pertempuran tersebut Cornelis mati terbunuh dan Frederick ditawan Kesultanan Aceh. Menurut  Marie C. Van Zeggelen, dalam bukunya “Oude Glorie” menyebutkan bahwa Keumalahayatisendiri membenamkan rencong ke dada Cornelis de Houtman, sang pembuka jalan penjajah Belanda di bumi nusantara.
       Laksamana Keumalahayati nggak Cuma lihai dalam pertempuran, tapi juga piawai di meja perundingan. Beliau sering mewakili Kesultanan Aceh untuk berunding dengan Negara lain. Beliau juga berperan dalam menyelesaikan intrik-intrik di lingkungan kesultanan. Berkat dukungan beliau juga, Darmawangsa Tun  Pangakat diangkat menjadi Sultan Aceh dengan gelar Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M). Pada masa kekuasannya Kesultanan Aceh mencapai zaman keemasannya.

ads

Ditulis Oleh : LDK AMAL Hari: 05.21 Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar

 

Bagaimana tampilan Web kami menurut Anda?